Review Matahari Tere Liye (Buku Ketiga Serial BUMI)
Novel MATAHARI, Tere Liye –
Sebenarnya novel
Matahari karya
Tere Liye ini
launching pertama kali bulan Juli tahun ini. Saya ketinggalan hampir 3 bulan. Tapi, untungnya saya masih bisa merasakan euforia hebohnya
serial BUMI
ini. Sampai sekarang udah cetakan ke sekian (entahlah). Temen saya
dapet novelnya cetakan ke 6 dan saya ke 2, padahal sama-sama terbit
bulan agustus bukunya. Intinya
novel Matahari ini sangat laris. Banyak sekali penggemar petualangan tiga remaja:
Raib, Seli, dan
Ali ini yang tidak sabar menunggu setahun untuk memenuhi rasa penasaran mereka pada kisah kelanjutannya.
Waktu dulu ambil
BUMI di Gramed, tidak punya
ekspetasi apa-apa. Yang saya pikirkan cuma pengen beli novelnya Tere
Liye yang terbaru, dan dapetnya BUMI. Tertarik karena BUMI berbeda dari
novel-novel Tere Liye yang lain yang dijejer di sebelahnya. Terutama
karena sinopsisnya sangat berbau fantasi. Dan itulah yang membuat saya
tanpa berpikir dua kali langsung melenggang ke mbak-mbak kasir.
Usai baca
BUMI, enggak sabar nunggu
BULAN (tahun depannya), lalu setelah baca BULAN, sangat merana karena harus nunggu
MATAHARI setahun lagi.
Saya salut dengan
marketing serial BUMI ini. Jarak setahun
bagi saya tidak terlalu lama. Dalam setahun itu rasanya penerbit
memanfaatkan waktu untuk membaca antusias publik terhadap novel yang
sudah mereka terbitkan. Penerbit akan menyiapkan strategi bagus untuk
merespons antusias itu. Kalau publik tidak terlalu antusias, buat apa
menghabiskan banyak dana dan waktu untuk novel yang tidak ‘dicintai’
banyak orang?
Apa wajib baca BUMI dan BULAN dulu sebelum baca Matahari?
Jawabannya tidak wajib, tapi dianjurkan. Kalau misalnya kamu udah gak sabar banget pengen baca
Matahari,
baca aja. Ketika di tengah perjalanan nemu hal yang membingungkan
tinggal tanya sama yang udah baca ketiganya. Nah, kalau misalnya
terbersit, ‘Duh, gue kudu baca BUMI BULAN dulu, nih,’ silakan aja.
Namun, saya tetap bilang jangan paksakan diri baca runtut kalau memang
belum ada niat kuat untuk berkutat dengan novel series. Apalagi kalau
kamu bukan pelahap buku fiksi.
Details Book
Judul: MATAHARI
Penulis: Tere Liye
Tebal: 400, cetakan kedua Agustus 2016 (Gramedia Pustaka Utama)
Genre: Fantasi
Segment: Teen, Young
Rating: to me 4. goodreads 4.3
Sinopsis
Hampir semua review menampilkan sinopsis atau blurb. Saya juga
akan menampilkannya. Buat kamu yang udah pernah baca sinopsis novel ini,
lewati saja.
Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika
saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat
akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak
menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua
membosankan baginya. Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku
dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku
bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya
rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga
kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan. Namanya Ali.
Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan
di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang
paling utama.
Jalan Cerita
Di novel ini usia
Raib, Seli, dan
Ali 16 tahun. Saat liburan semester tiba, Ali mengajak Raib dan Seli untuk menjelajah dunia paralel lain, yaitu
Dunia Klan Bintang (di novel sebelum ini, mereka sudah mendatangi
Dunia Klan Bulan dan
Matahari).
Jangan keliru, Tere Liye memang sengaja membuat setting tidak sesuai
dengan judul novelnya. Di novel BUMI settingnya adalah Dunia Klan Bulan,
di BULAN settingnya Dunia Klan Matahari, di novel Matahari settingnya
Dunia Klan Bintang. Jadi kemungkinan di novel keempat, BINTANG akan
bersetting di Dunia Klan Bumi. (Lho? Ada novel keempatnya kak? |
Iya ada. | Kirain cuma trilogi. |
Iya, kirain dulu juga gitu.)
Mereka melakukan penjelajahan menuju Klan Bintang tanpa teleportasi.
Mestinya mereka bisa melakukannya seperti dulu ketika mengunjungi Klan
Bulan dan Matahari karena Raib masih memegang
Buku Kehidupan
yang bisa membuka portal antarklan, namun Raib dilarang menggunakan buku
itu hingga waktu yang tidak ditentukan. Mereka akhirnya melakukan
perjalanan fisik menggunakan kendaraan canggih berbentuk kapsul buatan
Ali. Novel Matahari ini memang
fokus ke Ali. Tere Liye membeberkan sebagian kecil kehidupan Ali (dalam keluarganya) dan sebagain besar tentang kejeniusan bocah ini.
Dunia Klan Bintang tidak terletak jauh di galaksi
sana atau di planet lain. Ali yang pertama kali menyadarinya lewat
hipotesis yang mengejutkan. Sebenarnya semua klan hidup di Bumi. Tiga
klan, Bumi, Bulan, dan Matahari hidup di permukaan, di satu wilayah yang
sama namun tidak saling bersinggungan. Seperti halnya kita di rumah
masing-masing sebenarnya tinggal bersama makhluk tak kasat mata dan kita
tidak saling bertabrakan. Bedanya, kita tidak bisa melihat mereka,
sedangkan mereka mungkin bisa melihat kita.
Hah, serem. Menurut Ali, Klan Bintang hidup di
perut bumi,
Ali memiliki penjelasan yang masuk akal. Selama ribuan tahun lokasi itu
telah dirahasiakan dari klan lain. Bahkan tidak ada catatan khusus yang
menjelaskan tentang Klan Bintang dari sekian juta giga file referensi
yang ditampung oleh perpustakaan besar di Klan Bulan. Namun Ali sanggup
mengaitkan berbagai macam pengetahuan yang ia peroleh dari Klan Bulan
dan Matahari hingga akhirnya membuat dugaan yang mengejutkan.
Dalam perjalanan, ketiga bocah itu menemui berbagai masalah, diserang
oleh hewan-hewan buas seperti yang ada di sampul novel ini, yaitu ular
besar dan kelelawar raksasa. Buletan kayak kecoa di sebelah kelelawar
itu apa, kak? |
Oh, itu pesawat kecil yang mereka tumpangi. | Yah? Kelelawarnya gede banget dong? |
Iya, segede sapi. | Bohong. |
Dibilangin gak percaya.
Sampai di
Dunia Klan Bintang mereka ditangkap
sebagai penyusup, sebab seribu tahun lebih Klan Bintang tidak
berhubungan dengan dunia klan lain. Dibanding klan lain, Klan Bintang
merupakan klan yang paling maju teknologinya. Uniknya klan mereka tidak
memiliki keturunan dengan kekuatan super seperti klan lain.
Di
novel Matahari ini muncul tokoh-tokoh baru:
Faar, Kaar, Meer, Laar, dan
Sekretaris Dewan Kota. Sekretaris inilah yang menjadi
tokoh antagonis.
Dia digambarkan sebagai sosok manusia yang haus kekuasaan (politik) dan
dia tidak ingin ada seorangpun yang menghalangi rencananya untuk
menjadi penguasa di Dunia Klan Bintang. Ia merasa, kedatangan Raib,
Seli, dan Ali berpotensi merusak rencananya sehingga ia menangkap ketiga
bocah itu beserta Faar dan Kaar yang telah membantu ketiganya.
Perjuangan mereka untuk meloloskan diri dibalut dengan bumbu
persahabatan
yang mengharukan antara Raib, Seli, dan Ali. Setelah mereka berhasil
lolos, mereka membawa informasi penting untuk disampaikan ke semua klan
yang ada di permukaan sebab pertempuran besar akan terjadi. (*)
Saya berharap di
novel keempat pertempuran besar
benar-benar terjadi. Sebab, bukankah itu yang lebih menjual? Kisah-kisah
besar dan bencana adalah cerita yang sangat membuat kita ingin tahu
bukan? Kalau yang terjadi adalah jagoan bisa dengan mudah menyelamatkan
diri dan akhirnya tidak terjadi sesuatu, tentu sangat membosankan dan
menjengkelkan. Kita semua tentu mengamini hal ini. Untungnya di setiap
konflik yang dibangun oleh
Tere Liye dalam ketiga
novelnya, hampir semua menyudutkan tokoh utama dan memaksa pembaca untuk
turut berpikir bagaimana caranya agar tokoh-tokoh itu selamat.
Banyak rasa berbagai novel dan film dalam novel Matahari. Kalu kamu penggemar
Harry Potter, kamu akan menemukan rasa
magic di novel ini. Kalau kamu penggemar
Doraemon, kamu akan merasa alat-alat canggih
Doraemon turut serta dalam novel ini. Kamu bisa menemukan keganasan makhluk seperti di novel
I am Number Four, atau kengerian senjata-senjata seperti dalam film
The Maze Runner,
Divergent, atau
Star Trek.
Tapi kamu tidak akan menemukan cumbu manis atau seks di novel ini. Tere
Liye sengaja membuatnya bersih. Barangkali dia ingin novel ini menjadi
bacaan wajib remaja sekarang. Bukan tentang cinta-cintaan tapi tentang
persahabatan yang dituangkan bak kisah-kisah seperti dalam dongeng.
Saya merekomendasikan novel ini pada remaja, juga guru-guru bahasa
Indonesia (amat baik kalau tahu apa yang kini tengah dibaca siswa
mereka). Dan saya biarkan kamu untuk memutuskan sendiri karena saya
yakin kamu bukan remaja lagi. [ ]